Dominasi mungkin sebuah kata yang paling diidamkan oleh semua perusahaan, sayangnya dominasi nampaknya tidak lagi menjadi hasil murni dari persaingan di pasar dengan mengeluarkan produk kompetitif yang inovatif. Hal ini dapat dengan mudah dilihat dari pertempuran para perusahaan raksasa yang selama ini mewarnai pemberitaan, seperti "HTC yang harus membayar royalti pada microsoft untuk setiap smartphone HTC yang terjual", "HTC dan Samsung yang dengan cepat membeli patent Intellectual Ventures untuk melindungi diri dari agresi Aplle", ada juga skenario "HTC membeli patent S3Graphics untuk perlindungan dari serangan Apple", jauh sebelum itu ada perjanjian antara "Nokia dan Kodak yang akhirnya berdamai untuk saling memakai hak intelektual masing - masing perusahaan" dan yang terbaru serta mungkin yang terburuk adalah gagalnya usaha Google membeli paten Nortel dikalahkan oleh konsorsium gabungan antara RIM, Apple dan Microsoft yang kabarnya memberi tawaran 5 kali lipat dari yang ditawarkan Google untuk memenangkan paten tersebut.
Hal ini menyebabkan Chief Legal Officer Google, David Drummond harus angkat bicara dan curhat melalui blognya bertajuk "When patents attack Android". Sebagai OS mobile smartphone yang tumbuh pesat, android memang sedang menjadi incaran untuk di jegal perkembangannya, bila kita lihat dari konsorsium yang melakukan pembelian paten Nortel itu, ketiganya merupakan musuh utama android di pasar smartphone, Microsoft berkepentingan karena OS Windows Phone 7 mereka belum bisa tumbuh melewati angka 10% pada jatah kue dalam pangsa pasar smartphone, RIM berkepentingan menahan jatuhnya market share mereka yang melorot hingga tinggal sekitar 14%, Apple jelas berkepentingan karena saat ini iOS dan android merupakan primadona utama pada pasar smartphone.
Mengutip kata Steve Jobs dalam sebuah wawancara, "it's all about the software", OS menjadi tulang punggung daya tarik dari sebuah ekosistem smartphone saat ini, berbeda dengan 3 tahun silam dimana hardware menjadi daya tarik dominan yang membuat calon pembeli menginginkan sebuah perangkat. Pertumbuhan android yang luarbiasa cepatnya tidak lepas dari kemampuannya melakukan penetrasi pada level pasar low-end, sebuah segmen pasar yang biasanya tidak mungkin di masuki oleh smartphone, beberapa tahun yang silam mustahil kita bisa menjumpai smartphone dengan harga dibawah 2 juta seperti saat ini, namun sejak android lahir maka mulai terjadi evolusi dalam dunia smartphone sehingga harganya cukup terjangkau oleh kantong semua orang.
Brand yang selama ini terkenal dengan perangkat premiumnya mau tidak mau kerepotan menghadapi perkembangan android di ranah smartphone murah. Berbagai strategi market mau tidak mau terus diusahakan untuk menggerus perkembangan android ini, mulai dari berbagai gugatan Apple kepada perusahaan - perusahaan pembuat android, terutamanya kepada Samsung dan HTC dengan usaha mencegah kedua perusahaan tersebut menjual produk smartphone android mereka di Amerika, hingga aksi membeli paten Nortel yang pada ujungnya nanti akan meningkatkan ongkos produksi setiap smartphone ber-android karena harus membayar ongkos paten yang dimiliki oleh seteru - seteru android yang memiliki hak atas paten tersebut.
Keruwetan yang dihadapi oleh perusahaan - perusahaan yang bertempur dalam perang ini sebenarnya bersumber pada kegagalan sistem dalam hak paten, dimana hak paten saat ini tidak lagi di terapkan layaknya sebuah literatur, misalnya penggunaan baris kode dalam sebuah operating sistem seperti gugatan Oracle kepada Google, dalam gugatan itu jelas dan masuk akal karena ada baris kode Oracle yang digunakan Google dalam android. Sementara gugatan yang sekarang banyak dilakukan adalah hal - hal yang sifatnya ide yang bisa terpikirkan oleh siapapun yang sifatnya sangat umum, contohnya seperti gugatan Apple pada HTC, dimana HTC dianggap meniru logika komputasi milik Apple, klaim ini contohnya seperti ketika user memilih sebuah nama pada kontak maka akan muncul menu pilihan untuk menelpon dan gugatan tersebut sama sekali tidak menggugat paten yang berhubungan dengan kode bahasa pemograman, paten tersebut hanya menggugat bahwa ide memilih nama pada kontak lalu memilih opsi untuk menelpon kontak itu adalah milik Apple, bagi kami itu nampak gugatan yang irasional karena banyak orang pasti berpikir hal yang sama, mungkin hampir sama dengan ide bahwa manusia makan dengan cara menyuapkan makanan kemulut dengan sendok dan Apple akan menuntutnya karena mereka telah memikirkan ide menyuap menggunakan sendok itu sebelum anda.Sudah saatnya hak paten dibenahi, apalagi tujuan awalnya merupakan tujuan yang mulia yaitu melindungi hak intelejen dan kerja keras seseorang, bukan digunakan sebagai alat mengancam eksistensi perusahaan saingan atau sebagai alat pengontrol harga agar harga perusahaan saingan tidak dibawah, karena pada akhirnya yang sangat dirugikan adalah kita sebagai konsumen. Mustahil kita bisa mencicipi smartphone dengan harga sangat murah bila bukan karena jasa dari inovasi OS murah dan mustahil rasanya smartphone ber-dualcore saat ini hanya berbandrol harga 4 juta - 5 juta bila dibebani biaya - biaya paten irasional yang seperti dilakukan oleh Apple pada HTC misalnya. Bila Apple ingin fair, mereka seharusnya benar - benar mengeluarkan smartphone iphone mereka dengan versi yang lebih terjangkau seperti pada rumor iphone 4S, dibanding sibuk membeli paten - paten hanya untuk menekan perusahaan - perusahaan saingannya agar tidak bisa menurunkan harga gadget buatan mereka.
Kita bisa saja pragmatis dan tidak perduli dengan keadaan ini, namun sekali lagi sebagai konsumen yang akan merasakan keuntungan dari inovasi dan harga yang terjangkau, rasanya kita wajib untuk angkat suara dan menyuarakan ketidak puasan kita, karena bila harga gadget - gadget tersebut meningkat karena perusahaan - perusahaan yang membuat gadget - gadget tersebut terpaksa membayar berbagai hak paten dari perusahaan saingannya, maka yang akan membayarnya adalah kita.